TANTANGAN JAWA TIMUR
TERHADAP MASALAH KESEHATAN
Kesehatan
bukanlah segala-galanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya menjadi bukan
apa-apa. Artinya bahwa kesehatan menjadi kebutuhan yang sangat dibutuhkan oleh
manusia. Kebutuhan ini selalu diperlukan semenjak manusia masih berada dalam
kandungan sampai usia lanjut menjelang kematian. Beranjak dari itu maka
kesehatan merupakan salah satu aspek yang dinilai dalam Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) atau United Nation
Development Programme (UNDP). Sebuah negara dengan angka IPM yang tinggi menandakan bagaimana tingginya suatu
wilayah dalam kesempatan untuk mengakses hasil suatu pembangunan dari haknya
dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya.
Luasnya wilayah
Indonesia merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam upaya
meningkatkan derajat IPM masyarakatnya. Dengan adanya kebijakan otonomi daerah
membuat beban pemerintah pusat dapat berkurang, dimana pemerintah daerah diberi
wewenang untuk mengelola wilayahnya dengan tetap mengacu pada ketentuan
peraturan pemerintah pusat. Namun kebijakan ini tentunya juga punya sisi
negatif, diantaranya beberapa daerah yang tidak siap dalam sarana dan prasarana
akan tertinggal dari daerah lain. Hal Ini membuat pembangunan di Indonesia
tidak merata.
Provinsi Jawa
Timur merupakan salah satu provinsi dengan wilayah terbesar di Pulau Jawa. Luas
wilayahnya sekitar 47,156 km yang terdiri dari daerah dataran tinggi
(pegunungan), dataran rendah dan terdapat sekitar 229 wilayah kepulauan. Jumlah
penduduk berdasarkan proyeksi BPS tahun 2011 adalah 38.026.550 dengan
penyebaran tebesar berada di kota-kota besar seperti Surabaya, Malang dan
Jember. Luasnya wilayah dan besarnya jumlah penduduk , menyebabkan berkembangnya beragam nilai dan budaya yang
dianut oleh masyarakat. Nilai dan budaya tersebut tidak semuanya bersifat positif,
tetapi tidak sedikit juga nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tidak sejalan
dengan aspek-aspek pembangunan termasuk kesehatan. Hal ini menjadi kendala bagi
Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai leader
dan pengatur pembangunan.
Beberapa
indikator-indikator kesehatan di Provinsi Jawa Timur masih memerlukan penanganan
secara lebih serius, guna mewujudkan masyarakat yang gemah ripah loh jinawi. Walaupun dalam upaya mencapai kondisi
masyarakat tersebut, memerlukan sumber daya manusia, dana dan waktu yang tidak
sedikit. Sebenarnya sudah sejak lama prinsip ini diterapkan oleh Jawa Timur
jika mau jer basuki maka harus mawa beya.
Angka Kematian
Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI)
Sebagaimana
kesepakan dalam komitmen global yang tertuang dalam Millenium Development Goals
(MDGs) bahwa semua negara berupaya untuk menurunkan angka kematian bayi (AKB)
dan angka kematian ibu (AKI). Di Indonesia kedua parameter tersebut masih sangat tinggi, menurut Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 AKB 34 per 1000 kelahiran hidup dan AKI
228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan angka kedua tertinggi
setelah Myanmar, jauh diatas angka kematian di Singapura dan Malaysia.
Jawa
Timur merupakan penyumbang jumlah kematian yang cukup tinggi bagi angka Indonesia.
Bahkan disinyalir pada tahun 2012 jumlah kematian ibu dan bayi di Jawa Timur cenderung
meningkat. Memang saat ini pola dan tempat kematian sudah berbeda, dari semula
banyak yang masih berhubungan dengan
dukun (non petugas kesehatan) sekarang banyak masyarakat yang sudah menggunakan
jasa pelayanan petugas kesehatan.
Saat
ini trend tempat kematian ada di rumah sakit. Tetapi hal ini bukan saja
disebabkan oleh pelayanan di semua
sarana pelayanan kesehatan rujukan ini kurang berkualitas, tetapi banyak faktor
terkait penyebab kematian ibu dan anak. Faktor utama penyebab adalah kurangnya
komitmen semua SDM sesuai dengan bidangnya (profesi) untuk selalu berupaya
menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi. Jawa Timur mempunyai banyak orang “pintar”
tetapi hanya ada beberapa orang saja yang mempunyai komitmen kuat dalam program
penurunan AKI dan AKB ini. Tanpa
ditunjang dengan komitmen semua profesi sebagai pelaksana pelayanan di lapangan
hasil yang diharapkan akan sulit tercapai.
Walaupun
lebih dari 80% rumah sakit umum daerah (RSUD) di Jawa Timur sudah berstatus
PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif) dan di setiap
kabupaten/ kota sudah mempunyai Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar, tetapi pada kenyataannya sumber daya manusia (SDM), sarana,
prasarana dan peralatan yang seharusnya dipenuhi tidak seluruhnya tersedia. Hal
ini tentunya menyebabkan pelayanan yang diberikan tidak dapat optimal.
Keterlambatan
rujukan juga merupakan pemicu tingginya kematian. Selain karena faktor
geografis beberapa wilayah di Jawa Timur yang berupa kepulauan dan pegunungan,
keterlambatan pengambilan keputusan oleh keluarga merupakan beberapa penyebab
keterlambatan rujukan. Masih berkembangnya ketakutan dari masyarakat akan
banyaknya biaya yang harus dikeluarkan ketika mendapat perawatan di RS
disinyalir merupakan salah satu penyebab lamanya pengambilan keputusan.
Beberapa
uraian diatas adalah sedikit dari begitu banyak faktor penyebab masih tingginya jumlah kematian ibu dan bayi
di Provinsi Jawa Timur, artinya faktor-faktor lain jika di gali lebih dalam masih
sangat banyak dan beragam.
Penyakit Menular dan Tidak Menular
Masalah
kesehatan berikutnya di Jawa Timur adalah penyakit menular yang masih tinggi,
ditambah meningkatnya penyakit tidak menular (hyertensi, diabetes militus,
stroke, gangguan jiwa dn lain-lain) semakin menambah permasalahan yang harus
diatasi. Satu-satunya provinsi yang berani mengungkapkan data kejadian dan
kematian akibat difteri adalah Jawa Timur ( walaupun kemungkinan
provinsi-provinsi lain di Indonesia sebenarnya juga mengalami hal yang sama). Disamping
itu masih tingginya penyakit kusta, Penyakit yang banyak diderita oleh
masyarakat di wilayah kepulauan di Kabupaten Sampang ini masih memerlukan
perhatian serius dari pemerintah.. Tuberculosa (TBC) juga masih menjadi ancaman
kesehatan bagi masyarakat di Jawa Timur, terbukti jumlah penderitanya masih
sangat tinggi. Bahkan penyakit yang sifatnya “musiman” seperti diare, demam berdarah menjadi beban masalah
kesehatan yang masih dan akan menyita perhatian pemerintah.
Lebih
mengejutkan lagi adalah berkembangnya re-emerging
deseases dan semakin meningkatnya penderita HIV-AIDS. Kejadian flu burung
dan flu babi (suspect) juga ditemukan
di Jawa Timur, Penyakit yang ditularkan oleh binatang ternak ini merupakan
ancaman timbulnya masalah kesehatan bagi masyarakat. Masalah lain yang tidak kalah
seriusnya adalah semakin meningkatnya penderita HIV-AIDS. Jumlah penderita
HIV-AIDS di Jawa Timur pada tahun 2012
meningkat, bahkan saat jumlahnya tertinggi kedua di Indonesia setelah DKI
Jakarta.
Dengan
semakin berkembangnya industrialisasi terutama di kota-kota besar di tambah
dengan pola hidup kurang sehat dicurigai merupakan salah satu penyebab
terjadinya penyakit tidak menular dan penyakit degeneratif seperti hypertensi,
stroke, diabetes militus, penyakit jantung dan kanker. Bahkan di Jawa Timur
penyakit tersebut masih merupakan penyebab kematian tertinggi. Jika tidak di
atasi dengan baik masalah ini akan semakin menjadi beban pemerintah daerah
dalam menjamin kesehatan masyarakatnya
Lagi-lagi ini
adalah sekelumit gambaran penyakit menular dan tidak menular di Jawa Timur.
Secara epidemiologis masih banyak penyakit-penyakit yang menjadi permasalahan
dan potensial menjadi masalah kesehatan masyarakat Jawa Timur.
Sarana Pelayanan Kesehatan
Kementerian
Kesehatan RI telah menyaratkan bahwa sarana pelayanan kesehatan harus
terstandar dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang membutuhkan. Hal
ini dimaksudkan untuk menjamin kemanan (safety)
dan kenyamanan (pleasant) bagi
masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan.
Pada
kenyataannya tempat pelayanan di Jawa Timur masih sangat bervariasi. Terdapat sarana
pelayanan kesehatan dengan peralatan, saran, prasarana dan SDM yang lengkap,
tetapi masih banyak RS atau puskesmas dengan sarana, prasarana, SDM dan
peralatan yang sangat terbatas. SDM merupakan
salah satu faktor utama penyebab kurangnya kualitas pelayanan terutama sikap
profesionalitasnya. Jika diprosentasekan antara SDM yang berperilaku secara
profesional dibandingkan dengan SDM yang hanya sekedar melaksanakan pekerjaaan,
sudah dapat ditebak hasilnya akan berat sebelah dengan dominasi kelompok yang hanya
sekedar melakukan pekerjaan secara rutin saja. Pelayanan di sarana pelayanan
kesehatan ini juga dipeburuk dengan tidak meratanya distribusi SDM (seperti dokter, dokter
spesialis dll), dimana dokter dan dokter spesialis serta tenaga inti pelayanan
berada di kota-kota besar saja.
Selain itu, faktor
peralatan di setiap sarana pelayanan kesehatan juga mutlak harus dipenuhi
sesuai dengan klasifikasinya. Sebuah sarana pelayanan kesehatan akan dapat
berfungsi secara optimal jika peralatannya lengkap. Bisa dibayangkan Apa
jadinya ketika masyarakat yang dalam kondisi kritis dan membutuhkan pelayanan segera
dengan peralatan tertentu tetapi tidak tersedia di sarana pelayanan kesehatan.
Hal lain yang
menjadi kendala dalam menjamin ketersediaan dan akses pelayanan kesehatan
adalah beberapa wilayah tertentu di Jawa Timur sangat jauh dari sarana
pelayanan kesehatan, tetapi di sisi lain RS dan sarana pelayanan kesehatan
dasar menjamur di kota-kota besar. Ini menjadi kendala sangat serius bagi
pemerintah untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan yang harus diterima
oleh masyarakat.
Sebagai pengatur penyelenggara pelayanan, pemerintah
wajib mengatur agar sarana pelayanan kesehatan dapat melakukan pelayanannya
secara optimal, sehingga tingkat kepercayaan masyarakat juga tinggi.
Memang tingkat hunian pada sarana
pelayanan kesehatan menunjukkan angka yang cukup tinggi, tetapi hal ini bukan
berarti kualitas pelayanan yang diberikan sudah bagus. Banyak faktor yang
menyebabkan masyarakat menggunakan jasa pelayanan kesehatan milik pemerintah,
diantaranya adalah tidak adanya sarana pelayanan kesehatan lain atau ketakutan
dari masyarakat untuk mengeluarkan dana yang besar ketika menggunakan jasa
pelayanan kesehatan swasta sehingga ”terpaksa” masyarakat menggunakan jasa pelayanan
kesehatan milik pemerintah. Bila pengukuran ini dilanjutkan dengan pengukuran
kepuasan maka hasilnya akan bergeser dan dengan kecenderungan tingkat kepuasan
yang minimal.
Rendahnya Kesadaran Masyarakat terhadap Pola Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
Masalah
kesehatan yang berpotensi tetap menjadi perhatian adalah rendahnya kesadaran hidup
bersih dan sehat. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi diantaranya
adalah kurang meratanya tingkat sosial ekonomi sehingga masih nampak
perkampungan padat dan kumuh, beragamnya tingkat pendidikan yang berakibat
tingkat penyerapan masyarakat terhadap program pemerintah sangat variatif,
kenaikan jumlah urbanisasi ke kota-kota besar sehingga masyarakat yang tidak
mempunyai ketrampilan dan pengetahuan mumpuni hidup dalam kondisi tidak sehat,
penyediaan sarana PHBS (perumahan, air, tempat sampah yang layak dan lain-lain)
belum optimal.
Kondisi
seperti ini berakibat memburuknya derajat kesehatan masyarakat, yaitu
meningkatnya jumlah penyakit, terutama penyakit menular. Apabila kondisi
tersebut tidak terselesaikan maka rantai penyebaran penyakit menular akan menjadi
semakin meningkat.
Solusi
Berikut solusi dari penulis yang
diharapkan dikerjakan oleh penyelenggara pemerintahan, swasta dan pihak-pihak
terkait :
- Meningkatkan kesadaran hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat.
- Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan perlu ditingkatkan, Karena dasar dari peningkatan derajat kesehatan berada pada masyarakat itu sendiri.
- Adanya kesatuan langkah dari berbagai program dan berbagai instansi yang berkaitan sehingga penyelenggaraan pemerintahan bisa selaras dalam satu tujuan.
- Komitmen dari seluruh SDM dari berbagai instansi pemerintah, swasta, profesi dan tentunya dunia pendidikan serta pergurun tinggi dalam mewujudkan masyarakat yang sehat.
- Berupaya melengkapi sarana, prasarana dan peralatan yang memang secara klasifikasi harus terpenuhi.
Demikian tulisan yang dapat
penulis sampaikan, satu maksud yang penulis harapkan adalah mewujudkan hak masyarakat
dalam mendapatkan kesehatan. Semoga masukan ini menjadi masukan yang berharga
bagi semua pihak.
---
Diambil dari berbagai sumber-------