Kamis, 14 Februari 2013

Masyarakat Kelas Bawah Butuh Berolah Raga


Meningkatnya industrialisasi dan bertambahnya urbanisasi di Indonesia disatu sisi meningkatkan pendapatan perkapita dan kesejahteraan masyarakat, tetapi hal ini dapat meningkatkan kecenderungan meningkatkan faktor risiko peningkatan lemak dan kalori tubuh sehingga berkibat peningkatan risiko terjadinya penyakit tidak menular termasuk penyakit yang berhubungan dengan proses degenerative. Kondisi ini semakin meningkat karena masih banyaknya kebiasaan merokok dan kebiasaan kurang gerak (olah raga).

Tidak bisa dipungkiri jika Indonesia belum terbebas dari beberapa penyakit infeksi baik yang bersifat endemik maupun pandemik, tetapi masalah lain juga mulai merebak diantaranya meningkatnya penyakit tidak menular seperti hypertensi, stroke, penyakit jantung, diabetes militus, rhematik, kanker dan lain sebagainya. Hal ini menjadikan beban ganda bagi negeri ini.

Terdapat 3 (tiga) strategi dalam pencegahan penyakit tidak menular, yang bila dilakukan dengan baik maka trend kajadian penyakit dapat dikurangi, strategi dimaksud adalah :
  1. Pencegahan primer
Strategi ini adalah strategi yang paling utama untuk dilakukan dimana pendekatan yang dilakukan dengan pendekatan kepada masyarakat (populasi) atau strategi kelompok dengan risiko tinggi dengan pendekatan individual
  1. Pencegahan sekunder
Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan kasus secara dini dan memberikan pengobatan yang tepat untuk mencegah dan mengurangi kecacatan. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan skrining atau penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan tepat guna.

  1. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dilakukan jika seseorang yang telah terkena suatu penyakit agar yang bersangkutan tetap dapat survive dengan kemampuan yang ada sehingga kualitas hidupnya menjadi lebih baik melalui kegiatan rehabilitasi dan dukungan positif.

Ketiga strategi ini sangat penting untuk dimengerti dan dipahami serta terus dikembangkan, memang tidak salah jika upaya pengobatan dan pemulihan terus dikembangkan tetapi jangan lupa upaya pencegahan juga harus lebih dikedepankan. Coba kita perhatikan pepatah “mencegah lebih baik dari pada mengobati”, ketika kita sudah jatuh sakit maka banyak kerugian yang akan didapatkan mulai dari berkurangnya kenyamanan fisik, hilangnya produktifitas, menurunnya penghasilan sampai bertambahnya cost yang harus dikeluarkan untuk melakukan pengobatan.  
 
Salah satu cara yang murah dan efektif dalam mengurangi terjadinya penyakit dan meningkatkan kualitas kesehatan (pencegahan primer)  adalah dengan olah raga. Kegiatan ini bisa dilakukan dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja. Dengan terbakarnya kalori akibat pergerakan tubuh membuat cadangan lemak yang berlebihan dapat bekurang sehingga risiko obesitas dapat menurun, disamping itu hormon-hormon akan meningkat fungsinya sehingga daya tahan tubuh akan terus bertambah, manfaat penting lainnya adalah meningkatkan jumlah oksigen yang ada dalam pembuluh darah sehingga suplai oksigen ke otak semakin lancar dan tercukupi hal ini dapat memperbaiki kerja otak. Tentunya ini hanya sekelumit contoh saja, masih banyak lagi manfaat lain yang dapat diperoleh jika kita disiplin berolah raga. 

Belakangan ini mulai marak kegiatan olah raga yang dikembangkan oleh masyarakat, mulai dari klub sepeda, jogging, senam kebugaran, aerobik dan lain sebagainya. Tren posistif ini nampaknya perlu didukung dan dikembangkan oleh berbagai pihak terutama pemerintah. Namun masalahnya adalah terjadinya ketimpangan antara kaum yang berduit dengan masyarakat dengan kemampuan sosial ekonomi rendah. Masyarakat kalangan menengah keatas tentunya sangat mudah untuk mendapatkan akses berolah raga. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan golongan masyarakat terpinggir dan miskin.

Beberapa kondisi ini bisa ditemui di pedesaan, perkampungan padat penduduk dan masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah. Padahal prevalensi penyakit baik menular maupun tidak menular sangat tinggi pada kondisi masyarakat seperti ini. Agak sulit memang mengubah mind set mereka agar selalu sadar dalam menjaga kesehatannya, tetapi jika didiamkan saja dan tidak dilakukan intervensi  apapun maka akan semakin nyata ketimpangan antarstatus sosial ini. Pembangunan kesehatan harus bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat secara utuh, tidak hanya terkotak-kotak pada golongan tertentu saja. 

Kondisi masyarakat seperti ini sangat butuh arahan, dampingan dan perhatian secara rutin dan berkelanjutan agar mereka merasa dibutuhkan keberadaannya di negeri ini. Kencangkan jabat tangan kita dalam mebiasakan berolahraga untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dalam hidup sehat. Tanpa derajat kesehatan yang tinggi dari masyarakat golongan bawah, negeri makmur manapun tidak akan bisa mencapai status drajat kesehatan optimal seluruh masyarakatnya.

Tidak ada komentar: