Meningkatnya industrialisasi dan
bertambahnya urbanisasi di Indonesia disatu sisi meningkatkan pendapatan
perkapita dan kesejahteraan masyarakat, tetapi hal ini dapat meningkatkan
kecenderungan meningkatkan faktor risiko peningkatan lemak dan kalori tubuh
sehingga berkibat peningkatan risiko terjadinya penyakit tidak menular termasuk
penyakit yang berhubungan dengan proses
degenerative. Kondisi ini semakin meningkat karena masih banyaknya
kebiasaan merokok dan kebiasaan kurang gerak (olah raga).
Tidak bisa dipungkiri jika
Indonesia belum terbebas dari beberapa penyakit infeksi baik yang bersifat endemik
maupun pandemik, tetapi masalah lain juga mulai merebak diantaranya
meningkatnya penyakit tidak menular seperti hypertensi, stroke, penyakit
jantung, diabetes militus, rhematik, kanker dan lain sebagainya. Hal ini
menjadikan beban ganda bagi negeri ini.
Terdapat 3 (tiga) strategi dalam
pencegahan penyakit tidak menular, yang bila dilakukan dengan baik maka trend
kajadian penyakit dapat dikurangi, strategi dimaksud adalah :
- Pencegahan primer
Strategi ini
adalah strategi yang paling utama untuk dilakukan dimana pendekatan yang
dilakukan dengan pendekatan kepada masyarakat (populasi) atau strategi kelompok
dengan risiko tinggi dengan pendekatan individual
- Pencegahan sekunder
Kegiatan ini
bertujuan untuk menemukan kasus secara dini dan memberikan pengobatan yang
tepat untuk mencegah dan mengurangi kecacatan. Hal ini bisa dilakukan dengan
melakukan skrining atau penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan tepat
guna.
- Pencegahan tersier
Pencegahan
tersier dilakukan jika seseorang yang telah terkena suatu penyakit agar yang
bersangkutan tetap dapat survive dengan
kemampuan yang ada sehingga kualitas hidupnya menjadi lebih baik melalui
kegiatan rehabilitasi dan dukungan positif.
Ketiga strategi ini sangat
penting untuk dimengerti dan dipahami serta terus dikembangkan, memang tidak
salah jika upaya pengobatan dan pemulihan terus dikembangkan tetapi jangan lupa
upaya pencegahan juga harus lebih dikedepankan. Coba kita perhatikan pepatah “mencegah
lebih baik dari pada mengobati”, ketika kita sudah jatuh sakit maka banyak
kerugian yang akan didapatkan mulai dari berkurangnya kenyamanan fisik,
hilangnya produktifitas, menurunnya penghasilan sampai bertambahnya cost yang harus dikeluarkan untuk
melakukan pengobatan.
Salah satu cara yang murah dan
efektif dalam mengurangi terjadinya penyakit dan meningkatkan kualitas
kesehatan (pencegahan primer) adalah
dengan olah raga. Kegiatan ini bisa dilakukan dimana saja, kapan saja dan oleh
siapa saja. Dengan terbakarnya kalori akibat pergerakan tubuh membuat cadangan
lemak yang berlebihan dapat bekurang sehingga risiko obesitas dapat menurun,
disamping itu hormon-hormon akan meningkat fungsinya sehingga daya tahan tubuh
akan terus bertambah, manfaat penting lainnya adalah meningkatkan jumlah
oksigen yang ada dalam pembuluh darah sehingga suplai oksigen ke otak semakin lancar
dan tercukupi hal ini dapat memperbaiki kerja otak. Tentunya ini hanya
sekelumit contoh saja, masih banyak lagi manfaat lain yang dapat diperoleh jika
kita disiplin berolah raga.
Belakangan ini mulai marak
kegiatan olah raga yang dikembangkan oleh masyarakat, mulai dari klub sepeda,
jogging, senam kebugaran, aerobik dan lain sebagainya. Tren posistif ini
nampaknya perlu didukung dan dikembangkan oleh berbagai pihak terutama
pemerintah. Namun masalahnya adalah terjadinya ketimpangan antara kaum yang
berduit dengan masyarakat dengan kemampuan sosial ekonomi rendah. Masyarakat
kalangan menengah keatas tentunya sangat mudah untuk mendapatkan akses berolah
raga. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan golongan masyarakat terpinggir
dan miskin.
Beberapa kondisi ini bisa ditemui
di pedesaan, perkampungan padat penduduk dan masyarakat dengan tingkat
pendidikan rendah. Padahal prevalensi penyakit baik menular maupun tidak
menular sangat tinggi pada kondisi masyarakat seperti ini. Agak sulit memang
mengubah mind set mereka agar selalu
sadar dalam menjaga kesehatannya, tetapi jika didiamkan saja dan tidak
dilakukan intervensi apapun maka akan
semakin nyata ketimpangan antarstatus sosial ini. Pembangunan kesehatan harus
bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat secara utuh, tidak hanya terkotak-kotak
pada golongan tertentu saja.
Kondisi masyarakat seperti ini
sangat butuh arahan, dampingan dan perhatian secara rutin dan berkelanjutan
agar mereka merasa dibutuhkan keberadaannya di negeri ini. Kencangkan jabat
tangan kita dalam mebiasakan berolahraga untuk mewujudkan masyarakat yang
mandiri dalam hidup sehat. Tanpa derajat kesehatan yang tinggi dari masyarakat
golongan bawah, negeri makmur manapun tidak akan bisa mencapai status drajat
kesehatan optimal seluruh masyarakatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar