Rabu, 30 Januari 2013

Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Slogan Sederhana Bermakna Besar


Slogan “Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)” telah lama di dengang-dengungkan oleh pemerintah, namun kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. PHBS ini merupakan dasar manusia dalam mencegah terjadinya penulran penyakit. Kebiasaan yang sebenarnya sederhana dan dapat dilakukan oleh setiap orang seperti mencuci tangan ketika hendak dan sesudah melakukan sesuatu, olah raga teratur, tidak merokok, mengonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang, membuang sampah pada tempatnya dan lain-lain. Walaupun terkesan sederhana namun slogan itu sangat efektif untuk mencegah terjadinya penularan penyakit.

Memang pada praktiknya kita butuh sumber daya manusia, sumber daya dana, waktu  dan sumber daya lainnya untuk memasyarakatkan kebiasan tersebut. Kerja keras dan kesabaran tinggi sangat dibutuhkan untuk mencapai hasil akhir masyarakat nyaman, aman dan bebas dari penyakit.

Sumber daya manusia tentunya memegang peran yang sangat vital guna memasyarakatkan slogan tersebut. Slogan yang mengandung makna mendalam ini butuh pemikir, pekerja, relawan dan masyarakat itu sendiri sebagai subyek. Manusia harus mau dan mampu berperan sesuai posisi dan proporsi masing-masing. Harus ada keselarasan dan kesesuaian tugas dan fungsi manusia dalam posisinya di masyarakat. Adakalanya seorang pemikir tidak mempunyai ketrampilan yang dipunyai oleh seorang pekerja begitu pula sebaliknya. 

Memang seperti alasan yang klise, ketika muncul kalimat "perlu adanya sumbar daya dana untuk melakukan suatu program". Tetapi inilah kenyataannya, dana memegang peranan yang penting. Tidak akan mungkin bisa berjalan suatu program tanpa adanya sumber daya dana, baik dana tersebut besar ataupun kecil. Sebagai ilustrasi kecil, ketika kita berjalan menuju suatu tempat kita akan butuh energi dan butuh transportasi, untuk mendapatkannya diperlukan dana. Hal sekecil itupun sudah memerlukan dana, apalagi untuk melakukan hal yang besar tentu akan sangat diperlukan dana untuk keperluan yang bermacam-macam. Yang perlu dipikirkan adalah darimana dana ini bisa diperoleh ? 

Selain hal tersebut diatas tentunya untuk mengubah kebiasaan yang sudah tertanam di masyarakat, tidak mungkin akan bisa berhasil dalam waktu singkat. Butuh waktu dan kesabaran yang tinggi dari semua pihak. Semakin waktu banyak yang disediakan semakin besar tingkat keberhasilannya, semakin sabar seseorang melakukan pekerjaannya semakin tinggi tanggapan dan penerimaan dari masyarakat. 

Sebenarnya dimanakah posisi masyarakat Indonesia dalam menjalankan kebiasaan PHBS ?. Saya yakin belum banyak orang yang dapat menjawab pertanyaan ini. Ataupun jika beberapa pembaca sudah tahu jawabannya, belum banyak orang yang aware dan care dengan kondisi masyarakat tersebut. 

Pada kenyataannya masyarakat Indonesia terbagi menjadi tiga, yaitu golongan atas, golongan menengah dan golongan bawah. Terbaginya golongan ini sebenarnya terjadi secara alami oleh karena faktor sosial ekonomi. Nah, apa hubungannya dengan kebiasaan PHBS ? jawabannya ” jelas ada hubungannya PHBS dengan tingkat status sosial ekonomi “ . Masyarakat dengan tingkat status sosial bawah jauh lebih rendah dalam kebiasaan PHBS jika dibandingkan dengan masyarakat kelas atas. Jadi semakin rendah tingkat sosial ekonomi seseorang makin buruk kebiasaan PHBS nya. Hal ini dikarenakan oleh beberapa sebab diantaranya adalah tingkat pegetahuan mengenai pentingnya PHBS bagi kesehatan, berkurangnya kesempatan untuk secara rutin menjalankan PHBS karena kesibukan mencari nafkah, lingkungan yang kurang mendukung, kurangnya sarana (misalnya sarana cuci tangan,  tempat pembuangan dan pengelolaan sampah, sarana olah raga dan lain-lain), masih melekatnya kepercayaan masyarakat terhadap budaya tertentu yang sebenarnya bertentangan dengan kesehatan, kurangnya kesempatan untuk memperoleh informasi, dan lain-lain. 

Tetapi saat ini sebenarnya keinginan masyarakat Indonesia untuk melakukan kebiasaan hidup bersih dan sehat sudah mulai tumbuh. Masyarakat sudah mulai nyaman ketika tubuhnya bersih dan berada dilingkungan yang bersih. Pernah suatu ketika saya sengaja berjalan-jalan di suatu kampung kumuh di Kota Surabaya berbincang-bincang santai dengan beberapa masyarakat dan tokoh masyarakat mengenai PHBS, nyatanya masyarakat sudah merasa tidak nyaman dengan segala sesuatu yang tidak bersih. Hal yang sama saya jumpai di beberapa kota lain dan wilayah pedesaan. Pada umumnya masyarakat sudah melek dengan kesehatan. Namun demikian melek saja ternyata tidak cukup, harus ada tindakan nyata dalam menjalankan PHBS ini. Bisa saja masyarakat yang sudah melek hidup sehat ini menjadi terlena kembali dan akan tetap pada kebiasaan lama yaitu kebiasaan yang jauh dari koridor dan batas sehat, jika tidak dilakukan penanganan. 

Perlu ada tindakan dari berbagai pihak yang terkait, sesuai dengan posisinya agar masyarakat yang sudah melek hidup sehat  tidak akan terlelap kembali tidur dalam kekumuhan dan kebiasaan yang mendekatkan dengan penularan penyakit. Bagaimana jalan keluar agar masalah tersebut dapat diatasi ? butuh upaya keras dari banyak pihak, waktu yang tidak sebentar dan dana yang tidak sedikit.

Lagi-lagi peran pemerintah untuk selalu membina dan mengarahkan masyarakat agar senantiasa ditingkatkan. Masyarakat ternyata harus selalu didampingi agar selalu bertindak sesuai jalur yang benar. Pemerintah telah mempunyai wakilnya dalam menata masyarakat, Dinas Kesehatan memantau lingkungan dan penyebaran penyakit, Dinas Kebersihan lingkungan memantau pengelolaan sampah, Dinas Pertamanan dan Tata Kota mengurusi letak dan peruntukan perumahan, serta dinas – dinas lain. Sebenarnya wakil pemerintah tersebut hanya tinggal mengoptimalkan perannya sesuai posisi dan proporsi masing-masing. 

Penyediaan dana tidak harus dari pemerintah, tetapi swadaya dari masyarakat ternyata juga sangat efektif. Hal ini dikarenakan oleh tingginya rasa memiliki jika dana berasal dari masyarakat sendiri. Pengaruh ini juga akan berimbas pada kesadaran masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap masyarakat/ lingkungan sekitarnya dalam melaksanakan hidup sehat. 

Perlunya peran serta pihak lembaga swasta dalam mendukung keberhasilan program ini sangat tinggi. Lembaga yang bergerak di bidang sosial diharapkan berperan dengan porsi yang lebih besar, disamping itu pihak-pihak yang berkecimpung dalam bidang media elektronik dan cetak (TV, radio, majalah, surat kabar, internet)  juga sangat dibutuhkan sebagai sarana sosialisasi kepada masyarakat.

Dari beberapa faktor penentu keberhasilan program PHBS, diperlukan sinkronisasi dari masing-masing peran agar tidak terjadi overlapping atau mungkin ada program yang tidak mendapatkan porsi tindakan. Untuk itu perlu ada kerja sama dan koordinasi yang baik antarpihak. Perjalanan panjang untuk menyukseskan Jargon PHBS tidak akan berhasil jika berbagai pihak berjalan sendiri-sendiri.

Tidak ada komentar: