Slogan “Pola Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)” telah lama di dengang-dengungkan oleh pemerintah, namun
kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mempraktikkan dalam kehidupan
sehari-hari. PHBS ini merupakan dasar manusia dalam mencegah terjadinya penulran
penyakit. Kebiasaan yang sebenarnya sederhana dan dapat dilakukan oleh setiap
orang seperti mencuci tangan ketika hendak dan sesudah melakukan sesuatu, olah
raga teratur, tidak merokok, mengonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang,
membuang sampah pada tempatnya dan lain-lain. Walaupun terkesan sederhana namun
slogan itu sangat efektif untuk mencegah terjadinya penularan penyakit.
Memang pada praktiknya kita butuh
sumber daya manusia, sumber daya dana, waktu dan sumber daya lainnya untuk memasyarakatkan
kebiasan tersebut. Kerja keras dan kesabaran tinggi sangat dibutuhkan untuk
mencapai hasil akhir masyarakat nyaman, aman dan bebas dari penyakit.
Sumber daya manusia tentunya
memegang peran yang sangat vital guna memasyarakatkan slogan tersebut. Slogan
yang mengandung makna mendalam ini butuh pemikir, pekerja, relawan dan
masyarakat itu sendiri sebagai subyek. Manusia harus mau dan mampu berperan
sesuai posisi dan proporsi masing-masing. Harus ada keselarasan dan kesesuaian
tugas dan fungsi manusia dalam posisinya di masyarakat. Adakalanya seorang
pemikir tidak mempunyai ketrampilan yang dipunyai oleh seorang pekerja begitu
pula sebaliknya.
Memang seperti alasan yang klise, ketika muncul kalimat "perlu adanya
sumbar daya dana untuk melakukan suatu program". Tetapi inilah kenyataannya,
dana memegang peranan yang penting. Tidak akan mungkin bisa berjalan suatu
program tanpa adanya sumber daya dana, baik dana tersebut besar ataupun kecil. Sebagai
ilustrasi kecil, ketika kita berjalan menuju suatu tempat kita akan butuh
energi dan butuh transportasi, untuk mendapatkannya diperlukan dana. Hal
sekecil itupun sudah memerlukan dana, apalagi untuk melakukan hal yang besar
tentu akan sangat diperlukan dana untuk keperluan yang bermacam-macam. Yang
perlu dipikirkan adalah darimana dana ini bisa diperoleh ?
Selain hal tersebut diatas
tentunya untuk mengubah kebiasaan yang sudah tertanam di masyarakat, tidak
mungkin akan bisa berhasil dalam waktu singkat. Butuh waktu dan kesabaran yang
tinggi dari semua pihak. Semakin waktu banyak yang disediakan semakin besar
tingkat keberhasilannya, semakin sabar seseorang melakukan pekerjaannya semakin
tinggi tanggapan dan penerimaan dari masyarakat.
Sebenarnya dimanakah posisi
masyarakat Indonesia dalam menjalankan kebiasaan PHBS ?. Saya yakin belum
banyak orang yang dapat menjawab pertanyaan ini. Ataupun jika beberapa pembaca
sudah tahu jawabannya, belum banyak orang yang aware dan care dengan
kondisi masyarakat tersebut.
Pada kenyataannya masyarakat
Indonesia terbagi menjadi tiga, yaitu golongan atas, golongan menengah dan
golongan bawah. Terbaginya golongan ini sebenarnya terjadi secara alami oleh karena
faktor sosial ekonomi. Nah, apa hubungannya dengan kebiasaan PHBS ? jawabannya ”
jelas ada hubungannya PHBS dengan tingkat status sosial ekonomi “ . Masyarakat
dengan tingkat status sosial bawah jauh lebih rendah dalam kebiasaan PHBS jika dibandingkan
dengan masyarakat kelas atas. Jadi semakin rendah tingkat sosial ekonomi
seseorang makin buruk kebiasaan PHBS nya. Hal ini dikarenakan oleh beberapa
sebab diantaranya adalah tingkat pegetahuan mengenai pentingnya PHBS bagi
kesehatan, berkurangnya kesempatan untuk secara rutin menjalankan PHBS karena
kesibukan mencari nafkah, lingkungan yang kurang mendukung, kurangnya sarana (misalnya
sarana cuci tangan, tempat pembuangan
dan pengelolaan sampah, sarana olah raga dan lain-lain), masih melekatnya
kepercayaan masyarakat terhadap budaya tertentu yang sebenarnya bertentangan
dengan kesehatan, kurangnya kesempatan untuk memperoleh informasi, dan
lain-lain.
Tetapi saat ini sebenarnya
keinginan masyarakat Indonesia untuk melakukan kebiasaan hidup bersih dan sehat
sudah mulai tumbuh. Masyarakat sudah mulai nyaman ketika tubuhnya bersih dan berada
dilingkungan yang bersih. Pernah suatu ketika saya sengaja berjalan-jalan di
suatu kampung kumuh di Kota Surabaya berbincang-bincang santai dengan beberapa
masyarakat dan tokoh masyarakat mengenai PHBS, nyatanya masyarakat sudah merasa
tidak nyaman dengan segala sesuatu yang tidak bersih. Hal yang sama saya jumpai
di beberapa kota lain dan wilayah pedesaan. Pada umumnya masyarakat sudah melek
dengan kesehatan. Namun demikian melek saja ternyata tidak cukup, harus ada
tindakan nyata dalam menjalankan PHBS ini. Bisa saja masyarakat yang sudah
melek hidup sehat ini menjadi terlena kembali dan akan tetap pada kebiasaan
lama yaitu kebiasaan yang jauh dari koridor dan batas sehat, jika tidak
dilakukan penanganan.
Perlu ada tindakan dari berbagai
pihak yang terkait, sesuai dengan posisinya agar masyarakat yang sudah melek
hidup sehat tidak akan terlelap kembali tidur
dalam kekumuhan dan kebiasaan yang mendekatkan dengan penularan penyakit. Bagaimana
jalan keluar agar masalah tersebut dapat diatasi ? butuh upaya keras dari
banyak pihak, waktu yang tidak sebentar dan dana yang tidak sedikit.
Lagi-lagi peran pemerintah untuk
selalu membina dan mengarahkan masyarakat agar senantiasa ditingkatkan. Masyarakat
ternyata harus selalu didampingi agar selalu bertindak sesuai jalur yang benar.
Pemerintah telah mempunyai wakilnya dalam menata masyarakat, Dinas Kesehatan
memantau lingkungan dan penyebaran penyakit, Dinas Kebersihan lingkungan
memantau pengelolaan sampah, Dinas Pertamanan dan Tata Kota mengurusi letak dan
peruntukan perumahan, serta dinas – dinas lain. Sebenarnya wakil pemerintah
tersebut hanya tinggal mengoptimalkan perannya sesuai posisi dan proporsi
masing-masing.
Penyediaan dana tidak harus dari
pemerintah, tetapi swadaya dari masyarakat ternyata juga sangat efektif. Hal
ini dikarenakan oleh tingginya rasa memiliki jika dana berasal dari masyarakat sendiri.
Pengaruh ini juga akan berimbas pada kesadaran masyarakat untuk bertanggung
jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap masyarakat/ lingkungan sekitarnya
dalam melaksanakan hidup sehat.
Perlunya peran serta pihak
lembaga swasta dalam mendukung keberhasilan program ini sangat tinggi. Lembaga
yang bergerak di bidang sosial diharapkan berperan dengan porsi yang lebih
besar, disamping itu pihak-pihak yang berkecimpung dalam bidang media elektronik dan cetak
(TV, radio, majalah, surat kabar, internet) juga sangat dibutuhkan sebagai sarana
sosialisasi kepada masyarakat.
Dari beberapa faktor penentu keberhasilan
program PHBS, diperlukan sinkronisasi dari masing-masing peran agar tidak
terjadi overlapping atau mungkin ada
program yang tidak mendapatkan porsi tindakan. Untuk itu perlu ada kerja sama
dan koordinasi yang baik antarpihak. Perjalanan panjang untuk menyukseskan
Jargon PHBS tidak akan berhasil jika berbagai pihak berjalan sendiri-sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar