HIV merupakan pandemik global yang semakin meningkat
jumlahnya di seluruh dunia dan merupapak sebuah permasalahan yang sangat urgen
untuk dipecahkan. Dikarenakan Virus HIV merusak sistem kekebalan tubuh manusia
maka tubuh akan sangat rentan terhadap munculnya infeksi opportunis. Jika
dihitung dari awal tertularnya infeksi sampai stadium akhir (AIDS) sangat
bervariasi untuk tiap manusia, dapat mencapai lebih dari 10 tahun. Penularan
yang paling sering terjadi menurut beberapa penelitian adalah secara
heterosexual. Wanita usia subur sangat berisiko tertular HIV jika melakukan
praktik sexual yang tidak aman. Hal ini juga terjadi pada penularan yang
terjadi dari wanita hamil kepada bayinya, tetapi kasus penularan ibu ke janin
ini dapat dikendalikan dengan program PMTCT (Prevention of Mother- to- Chold
HIV Transmission) secara efektif.
Dampak menyeluruh oleh karena HIV antara lain :
menyebabkan dampak negatif terhadap status ekonomi suatu Negara, bertambahnya
lama hari rawat di rumah sakit, menurunnya umur harapan hidup, tantatangan
keberlanjutan hidup anak-anak dan meningkatnya jumlah yatim piatu.
Virus HIV secara umum dapat ditemukan pada darah,
semen (cum), cairan pre-semen (pre-cum), cairan rektal. Sebenarnya virus HIV
tidak tahan lama di udara luar. Virus dapat menular melalui kontak langsung
dengan darah yang telah terinfeksi, kontak sexual (anal, oral atau vginal),
kontak langsung dengan semen atau sekresi vagina dan serviks, infeksi HIV dari
ibu yang mengandung, proses melahirkan ibu yang terinfeksi atau ibu terinfeksi
HIV yang menyususi, penggunaan secara bergantian jarum yang terkontaminasi dan
penggunaan transfuse darah yang terkontaminasi.
Perlu diketahui bahwa virus HIV tidak akan menular
melalui perantara air, serangga (termasuk gigitan nyamuk), kontak pakain
(bertukar pakaian dengan penderita HIV), ciuman dengan mulut tertutup (social kissing), pemakaian toilet secara
bergantian, batuk/bersin, menggunaan cangkir, piring atau alat makan secara
bergantian ataupun penggunaan telephon.
Strategi pencegahan sangat menentukan keberhasilan
penangan penderita HIV agar tetap dapat hidup produktif dengan kualitas hidup
yang baik. Hal yang perlu diperhatiakn adalah pencegahan munculnya infeksi
tambahan, penegakan diagnose sedini mungkin, pemberian treatment yang efektif serta mencegah penularan terhadap orang
lain. Sehingga diperlukan kerjasama dari berbagai profesi baik di bidang
kesehatan maupun non- kesehatan, karena sangat diperlukan perencanaan matang
dalam penanganannya. Mulai dari proses surveylans dalam mengidentifikasi factor
risiko, melakukan analisa hasil identifikasi, pemberian rekomendasi dalam
memngatasi masalah sampai tahap pencegahan atau pengobatan serta evaluasi yang
terus menerus.
Diagnosa HIV biasanya mudah ditentukan karena tanda
dan gejalanya tidak beragam. Misalnya saja jika mempunyai perilaku risiko
tinggi dengan menderita tanda dan gejala tertentu maka perlu dicurigai positif.
Untuk memeastikannya dilakukan pemeriksaan
screening test (ELISA atau EIA) dan confirmatory
test (western Blot analysis atau RT-PCR). Pemeriksaan HIV di anjurkan bagi
beberapa beberapa kondisi sebagai berikut : orang yang melakukan kegiatan
sexual tidak aman (tanpa menggunakan kondom) dengan bergonta ganti pasangann
atau melakukan sex tidak aman dengan orang yang berisiko, pengguna obat-obatan
yang bertukar jarum suntik, atau penderita hepatitis, TBC atau diarrhea yang
tidak kunjung sembuh.
Virus yang masuk kedalam tubuh manusia kemudian akan
menimbulkan gejala melalui tahap-tahab sebagai berikut :
- Seroconversion : Infeksi HIV, tetapi antibodi masih tinggi
- Asymptomatic : Tanpa ada gejala HIV, tetapi sistem kekebalan mulai dipengaruhi oleh virus HIV
- Symptomatic : Muncul tanda dan gejala HIV, beberapa sistem kekebalan melemah
- AIDS : Infeksi oportunis muncul, merupakan tahap akhir dari penyakit.
HIV/ AIDS adalah penyakit yang berbahaya, fenomena
gunung es masih berlaku saat ini. Untuk itu perlu kerja keras dari berbagai
pihak. Bukan menghindari dan mengucilkan penderita HIV/ AIDS, tetapi mencegah
penyebaran virus HIV di masyarakat. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan
: strategi kesehatan berbasis masyarakat untuk mencegah penularan HIV,
pemeriksaan saringan semua darah dan produk-produk darah, melaksanakan
kewaspadaan universal, melakukan pendidikan praktik sex aman, melakukan
identifikasi dan pencegahan masuknya infeksi lain, menyediakan sarana pelayanan
kesehatan untuk terapi bagi pecandu obat.
Disamping itu
ada sedikitnya 5 (lima) komponen penting yang harus selalu diupayakan yaitu :
meningkatkan jumlah penderita HIV yang mengetahui tentang statusnya,
meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana pelayanan kesehatan, meningkatkan
kualitas pelayanan dan pengobatan terhadap penderita HIV/AIDS, meningkatkan
jumlah penmderita HIV/ AIDS yang diobati serta meningkatkan jumlah penderita
HIV/AIDS yang dapat mengurangi perilakunya yang berisiko menularkan virus
terhadap orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar