SELAMAT DATANG MUSIM
HUJAN, SELAMAT DATANG MUSIM PENYAKIT
Indonesia mempunyai iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin mosun barat dan mosun timur, dengan suhu yang sangat bervariasi. sedang musim terdiri dari musim hujan dan kemarau, pada beberapa tempat dikenal juga musim pancaroba yaitu musim peralihan dari kedua musim tersebut. Curah hujan di Indonesia sangat variatif namun curah rata-rata adalah 1.600 milimeter dalam satu tahun.
Hujan banyak memberi manfaat bagi
manusia dan makhluk hidup lainnya, diantaranya hujan sangat berperan dalam
mempertahan kelembapan suhu udara, mempertahan keseimbangan ekosistem terutama
mempertahankan jumlah air di bumi, memenuhi pengairan sawah, mengganti air di
sungai dan waduk yang hilang akibat kemarau dan memberikan nutrisi bagi tumbuhan dan hewan.
Namun karena ulah manusia, menyebabkan
hujan mendatangkan beberapa masalah bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.
Hujan yang lebat dan berlangsung lama ditambah berkurangnya area resapan air di
bumi menyebabkan perubahan suhu yang ekstrim, Banjir, tanah longsor, merusak akses (jalan) dan dapat menyebabkan
kerusakan produksi tanaman. Efek yang ditimbulkan akibat hal-hal tersebut adalah menurunnya penghasilan dan berdampak
pada perekonomian secara global.
Namun dari sekian rentetan
kejadian tersebut, efek yang paling besar dan langsung dirasakan oleh manusia pada
musim hujan adalah munculnya beberapa penyakit. Mulai dari penyakit yang
sifatnya ringan dan mudah ditangani sampai penyakit yang serius dan merupakan
penyebab wabah.
Demam berdarah dengue (DBD) adalah fenomena yang paling
sering terjadi pada musim hujan, penyakit ini selalu meningkat signifikan jumlahnya
jika dibandingkan dengan musim kemarau. Hal ini disebabkan karena nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus pembawa virus dengue
paling senang dengan suhu 16 - 28⁰C dan suhu ini biasanya terjadi pada
musim hujan. Gejala yang ditimbulkan berupa demam tinggi, sakit kepala, nyeri
dibelakang mata, nyeri pada tulang dan sendi, mual dan muntah kemudian disertai dengan penurunan sel darah
putih (leucopenia), penurunan keping darah
atau trombosit (trombositopenia)
bahkan sering kali disertai dengan multiperdarahan semacam gusi berdarah,
mimisan, kencing darah (hematuria),
peradarahan dibawah kulit (petechiae) dan
perdarahan2 lainnya. Pada kedaan lanjut seringkali disertai dengan pembesaran
hati dan kegagalan sistem sirkulasi darah, keadaan demikian dinamakan demam
berdarah dengue. Apabila tidak tertangani menyebabkan keadaan syok dimana
terjadi kebocoran pembuluh darah, perdarahan parah dan kemudian tekanan darah
akan menurun. Kondisi syok ini yang berpotensi menyebabkan kematian.
Penyakit water born diseases, dimana penularannnya melalui air yang
terkontaminasi oleh kuman dan kemudian masuk kedalam tubuh manusia juga akan
meningkat, misalnya diare. Bahkan penyakit ini berpotensi untuk menjadi wabah
terutama pada daerah yang dilanda banjir. Banyak masyarakat yang menggunkan air
hujan baik dalam keadaan banjir maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, seperti mandi, mencuci pakaian, mencuci peralatan makan, hal
seperti ini menjadi media masuknya kuman kedalam tubuh manusia. Diare ini mungkin
hanya sekedar letusan kejadian saja saat hujan (banjir), endemis atau dapat menjadi
wabah apabila penanganan sanitasi dan penyediaan air bersih tidak mencukupi.
Beberapa kasus leptospirosis muncul pada beberapa
daerah yang mengalami banjir, hal ini terjadi karena kotoran yang dikeluarkan
oleh binatang vektor (tikus, babi dan binatang pengerat lain). Penyakit ini
desebabkan oleh bakteri Leptospira sp
yang dapat bertahan berbulan-bulan didalam ginjal binatang, dan akan
dikeluarkan melalui urin. Bakteri yang keluar tersebut akan terbawa oleh aliran
air dan akan masuk kedalam tubuh manusia.
Insfeksi saluran pernafasan akut
(ISPA) juga kemungkinan dapat meningkat terutama pada permukiman yang padat
penduduknya. Sebenarnya penyakit ini penyebaranya melalui udara (air borne), tetapi pada kenyataannya penyakit ini mengalami
peningkatan saat musim hujan, hal ini lebih disebabkan karena buruknya
ventilasi perumahan, lembabnya suhu oleh karena musim hujan dan menurunnya
status gizi sehingga kuman mudah masuk kedalam tubuh manusia. Usia yang rentan
terkena adalah balita dan masyarakat dengan golongan ekonomi rendah.
Penyakit kulit juga banyak
terjadi saat musim hujan, mudahnya penularan penyakit ini Karena buruknya
hygiene dan sanitasi lingkungan. Penyakit kulit ini dapat berupa jamur,
scabies, alergi atau infeksi oleh karena parasit lainnya. Penyakit yang biasanya
menyerang segala umur ini terjadi karena sentuhan langsung kulit dengan air
yang sudah terkontaminasi oleh mikroorganisme.
Influenza juga tidak jarang
terjadi pada musim hujan, baik influenza dari golongan virus flu biasa sampai
pada golongan yang berbahaya semacam H1N1 atau H5N1, H5N2 dan seterusnya. Untuk
golongan virus H1 dan H5 memang bersifat zoonosis
atau ditularkan dari binatang, tetapi akhir-akhir ini banyak sekali binatang
yang terkena flu ini saat musim hujan. Banyaknya kematian unggas dan
sebangsanya, diperkirakan karena adanya migrasi burung pembawa virus flu dari
luar wilayah saat musim hujan.
Ternyata masih banyak pekerjan
yang harus kita selesaikan bersama dalam upaya penanggulangan masalah akibat
musim hujan. Tentunya peran serta aktif masyarakat sendiri merupakan pondasi
keberhasilan. Tindakan-tindakan yang dapat membahayakan keselamatan manusia
hendaknya tidak dilakukan. Komitmen ini harus dibangun secara kuat agar
masyarakat secara aktif melaksankan “kewajiban hidup” nya yakni menjaga keseimbangan
ekosistem alam secara terus menerus, mengingat bencana yang terjadi adalah
akibat akumulasi atau penumpukan perbuatan manusia yang menyebabkan kerusakan
alam dalam jangka waktu lama.
Pemerintah melalui dinas terkait agar
mempertahankan atau bahkan meningkatkan program kerja yang telah dilaksanakan.
Pelaksanaan surveylans pra dan pascamusim hujan, penanganan bencana secara
terintegrasi, penyediaan air bersih, pengelolaan sanitasi lingkungan dan penguatan
sarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan perlu ditingkatkan.
Penebangan hutan secara liar agar
segera diberhentikan, hutan yang telah gundul dilakukan penanaman kembali (rebosiasi). Pembangunan-pembangunan
gedung dan perumahan hendaknya benar-benar diawasi dan disesuaikan dengan
peruntukannya sesuai dengan tata kota yang dibuat. Bahkan di perkotaan harusnya
sudah dibuat area khusus sebagai resapan air dengan penanaman pohon-pohon
perdu. Hal ini juga dimakudkan untuk menjaga stabilitas suhu di perkotaan.
Hal yang sangat urgen perlu
dilaksanakan adalah adanya penelolaan sampah dengan aman, dimulai dari tempat
penyediaan tempat sampah pertama, pengangkutan sampai pada tempat pembuangan akhir
(TPA). Kendala di Indonesia saat ini adalah akhir pengelolaan sampah adalah di
TPA, sehingga mengakibatkan pembentukan sampah yang menggunung. Padahal masih
ada proses setelah sampah sampai ke TPA, yaitu bagaimana cara mengeliminir
sampah tersebut. Beberapa cara yang dapat diupayakan adalah menciptakan alat
yang bisa dipakai untuk memusnahkan sampah
(insenerator) yang aman bagi lingkungan, lebig menggalakkan penggunaan
kembali sampah yang masih bisa dipakai sebagai bahan baku pembuatan barang yang
bisa digunakan kembali oleh manusia (re-use),
peningkatan pengelolaan sampah organik menjadi produk lain yang berguna,
meminimalisasi penggunaan sampah anorganik dalam kehidupan sehari-hari misalnya
plastik atau bahan yang sulit untuk dimusnahkan lainnya.
Selain hal-hal diatas tentunya
yang sangat dibutuhkan adalah kesadaran masyarakat untuk melakukan kebiasaan hidup
sehat. Tanpa kesadaran tinggi dari masyarakat segala sesuatu yang telah
dilaksanakan tidak akan berarti. Kesadaran masyarakat akan membentuk
kemandirian dalam meningkatkan hidup sehat sehingga mengurangi tingkat ketergantungan
kepada pihak-pihak tertentu.
Harapan besar agar masyarakat
mampu hidup sehat sejahtera, sehingga jargon dalam judul akan berganti “musim hujan datang, penyakit hilang dan masyarakat
senang”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar