Kematian akibat
infeksi saluran napas akut, diare, AIDS, malaria dan tuberculosis mencapai
lebih dari 85% kematian yang terjadi di seluruh dunia. Resistensi beberapa kuman
pathogen terhadap obat golongan lini pertama berkisar antara nol sampai 100%.
Hal sama terjadi pada golongan lini kedua dan ketiga yang sudah mulai
menunjukkan peningkatan kejadian resistensi. Hal ini menyebabkan beban global
yang signifikan dari hospital-acquired
infections, mulai munculnya resistensi antiviral, meningkatnya kelalaian
penggunaan obat pada beberapa penyakit yang disebabkan oleh parasit.
Sebenarnya
resistensi bukanlah hal baru, tetapi saat ini mulai menjadi masalah yang serius
di dunia ilmu pengetahuan karena dapat mempengaruhi hasil pengobatan. Semenjak ditemukannya
atimokroba pada tahun 1950an, sampai tahun 1980an antimikroba masih dipercaya
dapat membunuh kuman pathogen. Namun masalah yang terjadi akhir-akhir ini adalah
semakin bertambahnya jenis antimikroba tetapi tidak disertai dengan kesadaran
dan penanganan yang serius terjadinya resistensi kuman patogen terhadap antimikroba
tersebut.
Beberapa dampak
yang ditimbulkan oleh kejadian resistensi ini adalah tidak efektifnya program
pengobatan yang berdampak pada kualitas hidup seseorang, selain itu akan berakibat
membengkaknya biaya yang harus dekuarkan untuk pengobatan, dampak lebih lanjut
akan terjadi gangguan terhadap stabilitas dan keamanan global.
Kondisi yang
terjadi saat ini adalah penggunaan yang berlebihan dari beberapa jenis antimikroba
untuk mengobati infeksi kecil atau ketidaktepatan penggunaan antimikroba dalam
pengobatan yang menyebabkan pengeluaran finansial yang berlebih sampai tahap
penyembuhan. Sejatinya resistensi ini berdampak munculnya isu social, ekonomi
bahkan anggapan negative terhadap pelayanan rumah sakit. Sudah saatnya pembuat
regulasi kesehatan, pekerja kesehatan (dokter, apoteker, perawat), pabrik obat
dan masyarakat sebagai pengguna sadar dan menata kembali penggunaan antimikroba
ditinjau dari perspektife kesehatan.
Strategi global WHO terkait tantangan resistensi antimikroba adalah menyediakan intervensi kerangka kerja untuk memperlambat dan menurunkan penyebaran resistensi antimokroba adalah : mengurangi beban penyakit dan penyebaran infeksi, meningkatkan akses ketepatan antimikroba, meningkatkan penggunan antimikroba, penguatan sistem kesehatan dan kemampuan surveylans, percepatan regulasi dan legislasi, menganjurkan pengembangan ketepatan obat dan vaksin baru.
(Diambil dari beberapa sumber terutama WHO Global Strategy for Containment of Antimicroba Resistance)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar